Friday 20 January 2012

Kecerdasan Mempengaruhi Inner Beauty


Kecantikan di luar merupakan pancaran kecantikan dari dalam diri. Keindahan yang terlihat di luar sesungguhnya tidak terjadi jika tidak ada keindahan dari dalam diri. Inilah yang oleh umum disebutkan sebagai INNER BEAUTY. Ada dua (2) hal yang memepengaruhi inner beauty seseorang. Intelektual dan intelejensia. Intelektual sangat dipengaruhi oleh ego. Intelejensia adalah kecerdasan yang selalu berkaitan dengan kepentingan umum.
Inner beauty adalah kecantikan atau keindahan yang muncul dari dalam diri. Keindahan dari dalam diri sangat dipengaruhi oleh emosi seseorang. Perhatikan saja, ketika seseorang sedang sedih atau marah memiliki wajah yang menawan? Tidak pastinya. Jika ada seorangpun dari kita yang menjawab: Ada…
Berarti ada sesuatu yang tidak pas pada dirinya. Bisa saja saat ini orang tersebut sedang jatuh cinta sehingga walaupun ceweknya marah tetap dipandang cantik. Bahkan ada yang berkata bahwa seseorang semakin cantik ketika marah. Ini sAat belum menjadi istrinya. Coba beberapa tahun setelah menikah, dijamin pasti berbeda komentarnya ketika istri yang dulu cantik ketika marah. Sekarang…jawab sendiri.
Kecantikan dari dalam diri muncul atau terjadi karena adanya ketulusan untuk menyikapi kehidupan.
Adanya kesenangan atau kelegaan ketika melihat orang lain senang atau bahagia.
Ada ketika kita bisa hidup selaras dengan alam.
Ada ketika kita sadar dan senantiasa bersyukur terhadap segAla sesuatu yang diterima.
Ada saat kita bisa berbagi kesenangan dan kebahagiaan,
Ada ketika bisa mengerti bahwa kehidupan merupakan perjalanan dan proses
Ada ketika kita ceria….
Semua itu merupakan hasil dari kecerdasan intelenjensia. Kecerdasan intelejensia merupakan cerminan jiwa yang luhur. Dan inilah sifat ilahi. Intelejensia selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan golongan, kelompok, dan pribadi. Intelejensia memegang porsi terbesar saat masih bayi. Itulah kepolosan seorang anak. Tidak mengherankan jika setiap orang begitu gemes melihat seorang bayi. Selalu saja ingin mencium pipi seorang bayi. Tapi begitu membesar, intelektual yang berkembang. Dan orang tidak begitu tertarik lagi untuk menggemasinya… Bahkan seringkali kita jengkel…
Intelektual tumbuh karena pengaruh lingkungan. Inilah conditioning lingkungan. Bentukan sekitar kita.Bentukan masyarakat sekeliling. Saat masih bayi, kita jadi diri sendiri. Ketika mulai besar, jati diri kita hilang. Kita menjadi bukan diri sendiri tetapi kita jadi boneka lingkungan. Inilah intelektual. Sangat dipengaruhi oleh ego. Dipengaruhi oleh kepentingan diri. Oleh untung-rugi. Selalu penuh dengan perhitungan metematika. Intelektual dipengaruhi keinginan untuk menuhankan kenyamanan badan. Inilah kesadaran fisik. Lapisan kesadaran paling luar..
Karena selalu memikirkan diri sendiri dan senantiasa berpikir untung-rugi, otaknya mengkerut. Mengkerutnya otak mempengaruhi pola kerja alam bawah sadar. Padahal alam bawah sadar berhubungam erat dengan kinerja denyut nadi jantung. So, tidak mengherankan jika orang yang sedang sakit wajahnya tidak menawan… Intelektual yang selalu berpikir untung-rugi menghadirkan sifat jelous atau iri hati. Arogan dan seringkali marah jika tersinggung. Tidak disadarinya bahwa kemarahan yang diciptakan memutuskan hubungan diri dari sinar ilahiah.
Sinar ilahiah lah sesungguhnya sumber kecantikan atau inner beauty. Saat sinar ilahiah terhubung dengan diri pribadi berarti ada aliran antara Energi Yang Maha murni dengan Dia yang bersemayam dalam diri. Sesungguhnya ke duanya satu dan sama. Intelektual penyebab keterputusan aliran energi ilahiah…
Saat menjelang ajal tiba semestinya pancaran inner beauty semakin besar porsinya. Inttelektual harusnya mulai memilah dan memilih porsi mana yang seharusnya semakin membesar. Lebih bermanfaat mana bagi kehidupan setelah kematian badan. Intelejensia atau intelektual. Tentu kecerdasan yang selaras dengan alam. Karena kita akan berhubungan dengan alam setelah badan binasa….

0 komentar:

Post a Comment